tag:blogger.com,1999:blog-35153213563729003862024-02-19T04:39:48.947-08:00Salju Gurun"It's Better to be a Little Bit Different than to be a Little Bit Better..Defi Laila Fazrhttp://www.blogger.com/profile/04277431986170982640noreply@blogger.comBlogger2125tag:blogger.com,1999:blog-3515321356372900386.post-27533339986752664642012-07-29T16:14:00.000-07:002012-07-30T04:28:21.475-07:00Mie Ongklok Pak Muhadi<div style="text-align: justify;">
Mencicipi kuliner khas kota yang dituju adalah salah satu agenda wajib saya saat <i>traveling</i> ke luar kota. Tak terkecuali saat saya menyambangi <a href="http://defilailafazr.wordpress.com/2012/01/13/ke-negeri-kabut/" target="_blank" title="Ke Negeri Kabut">Dieng Plateau</a>
Desember 2011 lalu. Iya, meskipun hampir satu tahun berlalu namun
nikmat cita rasa kuliner yang saya cicipi itu serasa masih menempel di
lidah. Mengingatnya membuat saya rindu, ingin kembali ke Wonosobo
lagi. Beneran, tak ada yang berlebihan. Siapapun yang pernah mencicipi,
pastilah mengamini tulisan saya ini <img alt=":mrgreen:" class="wp-smiley" src="http://s2.wp.com/wp-includes/images/smilies/icon_mrgreen.gif?m=1129645325g" /> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memang apa sih kuliner khas Wonosobo?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mie Ongklok. Pernah dengar? Atau pernah
mencoba? Mie Ongklok merupakan kuliner khas Wonosobo dan cuma ada di
Wonosobo. Bahkan bisa dibilang <i>trademark</i>-nya Kabupaten Wonosobo. Rugi bangetlah pokoknya kalau main ke Dieng tapi gak menyempatkan diri, mampir mencicipi mie satu ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apa sih yang membuat Mie Ongklok ini begitu khas?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mienya sih seperti layaknya olahan mie
lain, menggunakan mie kuning. Yang membedakan adalah campurannya. Kalau
olahan mie lain biasa menggunakan tauge atau sawi sebagai campurannya,
Mie Ongklok mencampur kubis dan kucai sebagai sayurannya. Mie dan
potongan sayuran ditata sedemikian rupa sehingga membentuk kerucut lalu
diguyur kuah kental mirip kari, tapi bukan kari. Nah, kuah inilah yang
membuat Mie Ongklok terasa istimewa, lezat menggoda lidah. Olahan mie
lain gak ada dehh yang nyamain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah saya cari tahu sana <a href="http://kuliner2012.blogspot.com/2012/02/mie-ongklok-unik.html" target="_blank">sini</a>,
ternyata yang membuat kuah Mie Ongklok ini terasa nikmat adalah karena
terbuat dari campuran saripati singkong, gula merah dan udang kering,
yang disempurnakan dengan bumbu kacang, juga taburan lada dan bawang
goreng. Cara membuat Mie Ongklok juga unik. Mie beserta sayuran
dimasukkan ke dalam wadah berupa saringan bambu, lalu dicelup-celupkan
saja ke dalam air mendidih. Beda kan dengan olahan mie lain yang biasa
diolah dengan cara direbus begitu saja?! <img alt=":lol:" class="wp-smiley" src="http://s2.wp.com/wp-includes/images/smilies/icon_lol.gif?m=1129645325g" /> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqC4_RJGDJ7KuT0huzrNFJyjcaHiqCj01aeMeEtP19pwMvdJXpPwlIk0OzMfojbymxXXamQXBJpXU2m82UVxxlDE8wJG0DNs-mAJMNvkxOBsuPj4cxMF7NTEgu0j8VnV8knfg5bbe4dxk/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqC4_RJGDJ7KuT0huzrNFJyjcaHiqCj01aeMeEtP19pwMvdJXpPwlIk0OzMfojbymxXXamQXBJpXU2m82UVxxlDE8wJG0DNs-mAJMNvkxOBsuPj4cxMF7NTEgu0j8VnV8knfg5bbe4dxk/s320/1.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Menikmati Mie Ongklok juga ada seninya. Kalau dikacau/diaduk menurut
saya sih akan berkurang nikmat kuahnya. Jadi enaknya dinikmati seperti
menikmati kue tart. Dinikmati sesuap demi sesuap tanpa merusak
bentuknya. Tak juga lengkap kalau menikmatinya tanpa ditemani sate sapi.
Kenapa sate sapi? Kenapa bukan sate kuda, sate ayam, sate kambing, atau
sate kelinci? Karena konon katanya tekstur dan rasa daging sapi dinilai
paling pas di lidah saat dikunyah bersamaan dengan mie.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijExAJNL29XqTiC2U0wJRYlTZN-n0d3Ie_ooaZ_mZ-Y7HRgTkhNojm8qb8x4ZC2V48atj0TQzUfA4Ou9SflcM7T8YOvLoR8gFvhxr9kL71b-yp2vl49wKD_NufCL6Lw-MCgsLL-6I3osY/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijExAJNL29XqTiC2U0wJRYlTZN-n0d3Ie_ooaZ_mZ-Y7HRgTkhNojm8qb8x4ZC2V48atj0TQzUfA4Ou9SflcM7T8YOvLoR8gFvhxr9kL71b-yp2vl49wKD_NufCL6Lw-MCgsLL-6I3osY/s320/2.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Kalau doyan selera pedas, bukan saos
sambal teman Mie Ongklok yang pas. Melainkan cabe rawit yang telah
dihaluskan jadi sambal. Kalau masih kurang pedas, gigit cabe rawit yang
masih utuh juga boleh <img alt=":lol:" class="wp-smiley" src="http://s2.wp.com/wp-includes/images/smilies/icon_lol.gif?m=1129645325g" /> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu dimanakah tempat menikmati Mie
Ongklok paling enak se-Wonosobo? Mie Ongklok Pak Muhadi yang terletak di
jalan A. Yani jawabannya. Gak salah dehh. Bahkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mi_ongklok" target="_blank">Wikipedia</a>
pun mengakui. Meskipun tempatnya sederhana, tapi parkirannya penuh oleh
mobil mewah dengan plat nomor kota berbeda-beda. Pak Muhadi sendiri
ternyata tak lain tak bukan adalah <a href="http://www.jogjatrip.com/id/237/0" target="_blank">penciptanya resep Mie Ongklok.</a>
Jadi, meskipun di Wonosobo itu banyak bertebaran warung Mie Ongklok,
yang asli yaa Mie Ongkloknya Pak Muhadi. Lokasinya juga gak sulit
ditemukan karena berada di jalur utama Wonosobo – Banjarnegara. Biar gak
kesasar, yukk tanya <a href="http://www.streetdirectory.co.id/indonesia/jawa_tengah/travel/travel_id_254548/travel_site_143292/travel_no_/" target="_blank">streetdirectory</a> dimana sih letak pastinya Mie Ongklok Pak Muhadi <img alt=";)" class="wp-smiley" src="http://s1.wp.com/wp-includes/images/smilies/icon_wink.gif?m=1129645325g" /> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQUnk0yieUE-iogjQTVbOurkElyBeHI1tiKib-w433ffMCgmm_9dR9lfHk6rpxuDdnB7OOqzy9GmC8_IDlUd3KVaYogKjvceBaGf7zeMysox1OuImO5SPaWXP1OYk8_xvGL-WRfbbuo8c/s1600/3.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQUnk0yieUE-iogjQTVbOurkElyBeHI1tiKib-w433ffMCgmm_9dR9lfHk6rpxuDdnB7OOqzy9GmC8_IDlUd3KVaYogKjvceBaGf7zeMysox1OuImO5SPaWXP1OYk8_xvGL-WRfbbuo8c/s1600/3.JPG" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Soal harga, kata orang sih harga
menentukan rasa. Tapi buat Mie Ongklok, itu pengecualian. Karena hanya
dengan empat ribu rupiah saja, Mie Ongklok nan super duper lezat itu
sudah bisa mampir menggoyang lidah. Makan berkali-kali juga gak akan bikin
bangkrut. <img alt=":lol:" class="wp-smiley" src="http://s2.wp.com/wp-includes/images/smilies/icon_lol.gif?m=1129645325g" /> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Artikel ini diikut-sertakan dalam “Lomba Menulis Tempat Makan Favorit Blogger dan pasang Widget Peta” persembahan <a href="http://bloggerplusindonesia.blogspot.com/" target="_blank">Blogger Plus Indonesia (BPI)</a> dan <a href="http://streetdirectory.co.id/">streetdirectory</a></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>Defi Laila Fazrhttp://www.blogger.com/profile/04277431986170982640noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3515321356372900386.post-5231201026317146922011-08-07T09:57:00.000-07:002011-08-24T03:48:35.337-07:00Dunia (yang hanya) selebar Daun Mangkokan
<br />Setelah membaca Madre,
<br /><div style="text-align: justify;">
<br />Saya langsung tergerak untuk mengetahui lebih banyak mengenai silsilah darah keluarga kami. Disamping juga terpicu karena hitungan sudah lebih dari sepuluh jari orang-orang yang mengira saya ada darah Arabnya. Jadilah sore itu, setelah selesai membaca madre, saya putuskan untuk sungguh-sungguh menamatkan penasaran saya akan silsilah keluarga kami. Sebelum ini, saya tidak pernah benar-benar serius ketika bertanya tentang silsilah keluarga pada Orang tua saya. Hanya sambil lalu, tidak benar-benar ingin tahu. Tidak terlalu peduli, barangkali. Parah!! Hhehe..
<br />
<br />Yang pertama kali saya hampiri dan tanyai sore itu adalah Ibu saya. Ada sedikit kecewa ketika mendengar jawaban Ibu saya bahwa kedua Orang tua Ibu berdarah murni Bukit Tinggi. Tapi tak apalah. Masih ada Ayah. Sebetulnya saya sedikit curiga kalau Opa saya yang dari Ayah berdarah campuran. Dulu sekali saya sempat mengira jangan-jangan Opa saya ini ada darah kompeninya. Bwahhaha.. Entahlah. Praduga itu muncul begitu saja ketika saya melihat-lihat foto muda Opa. Praduga itu tak pernah berubah menjadi pertanyaan. Lagi-lagi karena saya tidak benar-benar ingin tahu waktu itu.
<br />
<br />Saya mewarisi mata cokelat dari Opa. Mata cokelat!! Bukanlah mata mayoritas kebanyakan orang Indonesia. Barangkali saja ada 12.5% darah saya yang berasal bukan dari Pulau Sumatera. Tapi kemudian, saya kecewa lagi. Kandas sudah harapan memiliki darah campuran. Ayah bilang kedua Orang tuanya pun berdarah murni Bukit Tinggi. Ternyata saya urang awak sejati. Hhehe..
<br /></div>
<br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7vGc8cdxrOFy5inkLIXkvudLj8Ljfhw_jKJv2rRQfR9PewneTrDZnqYO7BOnjqofIZx4AhHRLx9o4CaURy4RzLY5v7_iBPFgpcrWiYXYvQCK2U5hBH8Mzt42hly3pnqmdZG_lu8KH0w0/s1600/daun+mangkokan.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 221px; height: 147px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7vGc8cdxrOFy5inkLIXkvudLj8Ljfhw_jKJv2rRQfR9PewneTrDZnqYO7BOnjqofIZx4AhHRLx9o4CaURy4RzLY5v7_iBPFgpcrWiYXYvQCK2U5hBH8Mzt42hly3pnqmdZG_lu8KH0w0/s400/daun+mangkokan.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5638322491767908418" border="0" /></a>
<br /><div style="text-align: justify;">Ada cerita yang mengikuti jawaban-jawaban dari pertanyaan saya tadi. Cerita yang sudah pernah saya dengar beberapa kali. Dan selalu senang mendengar kembali cerita itu ketika dikenang lagi. Cerita tentang pertemuan Ayah dan Ibu saya dulu. Cerita tentang dunia yang hanyalah selebar daun mangkokan bagi kisah cinta mereka. Bagaimana tidak. Ayah dan Ibu saya adalah perantau yang tinggal di Jakarta. Pada waktu itu, Ibu saya bekerja di salah satu rumah sakit di Jakarta. Ayah saya tinggal di sebuah kontrakan yang tidak jauh dari rumah sakit itu. Sepulang kerja, ayah saya sering kongkow bersama temannya (yang memang bekerja di rumah sakit itu) di sekitar lingkungan rumah sakit. Dari kongkow itulah akhirnya entah bagaimana Ayah saya bisa berkenalan dengan Ibu saya.
<br />
<br />Mereka bertemu. Bertukar cerita sebagaimana layaknya anak muda yang sedang kasmaran. Sampailah kemudian obrolan mereka pada pertanyaan tentang latar belakang dan asal usul keluarga. Saya sedikit tergelitik membayangkan bagaimana ekspresi Orang tua saya pada waktu itu ketika mengetahui bahwa mereka bukan hanya berasal dari kampung halaman yg sama, tapi mereka juga berasal dari suku yang sama. Huahh.. Jauh-jauh merantau ke Jakarta, ehh ketemunya sama yang sekampung halaman juga, satu suku pula. Betapa dunia hanya selebar daun mangkokan bagi mereka. Bukan begitu?! Hhehe..
<br />
<br />Barangkali inilah yang sering dikatakan orang sebagai Takdir Tuhan. Barangkali. Karena saya juga belum yakin benar kalau jodoh itu merupakan Takdir Tuhan. Apakah jodoh Tuhan yang menentukan?? Tuhan yang pilihkan?? Entahlah..
<br />
<br />Yang menarik lagi dari cerita itu, Ibu bilang dalam adat istiadat minangkabau, apabila terjadi pernikahan dalam satu suku maka mesti ada tebusannya. Seekor kerbau yang kepalanya nantinya dihidangkan di tengah-tengah ruangan resepsi pernikahan. Apakah maksud dari tebusan itu?? Ibu saya juga tidak terlalu paham. Apakah mereka menghiraukan adat istiadat satu itu?? Tidak. Bwahhaha.. Ayah Ibu saya memang oke berat. Memilih untuk tidak terikat dan terbelenggu dengan adat istiadat yang tidak masuk akal itu. :)
<br />
<br />D’zst room. Minggu, 7 Agustus 2011.
<br />
<br /></div>Defi Laila Fazrhttp://www.blogger.com/profile/04277431986170982640noreply@blogger.com1